Cari Blog Ini

Jumat, 23 Oktober 2009

Sejarah Singkat Kabupaten Kuningan

Sejarah Singkat Kabupaten Kuningan
Sekilas Kuningan

Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia, hal ini didasarkan kepada peninggalan yang ditemukan di Wilayah Kuningan, salah satu bukti peninggalan tersebut terdapat di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu pada tahun 1972 ditemukan peninggalan dengan identifikasi sebuah peti kubur batu, pekakas dari batu dan keramik dan diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi.
Suatu pemukiman masyarakat manusia tersebut baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti halnya negara, sebagaimana dituturkan dalam cerita parahyangan dengan nama KUNINGAN.

Negara / Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah dinobatkan SEUWEUKARMA sebagai Raja/Kepala pemerintahan yang kemudian bergelar RAHIYANG TANGKUKU atau SANG KUKU yang bersemayam di Arile atau Saunggalah.
SEUWEUKARMA menganut ajaran “DANGIANG KUNING’ dan berpegang kepada “SANGHIYANG DHARMA” (Ajaran Kitab Suci). Serta “SANGHIYANG RIKSA” (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan kuningan pada jaman kekuasaan seuweukarma menyeberang sampai negeri melayu. Pada saat itu masyarakat kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pi
mpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama.
Perkembangan kerajaan kuningan selanjutnya seakan akan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan RAKEAN DARMARIKSA dan merupakan Daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran , dan termasuk cirebon pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan pajajaran, namun pada abad ke-15 cirebon sebagai kerajaan islam menyatakan kemerdekaannya dari pakuan pajajaran.

Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH putra SYARIF ABDULAH dan ibunya RARA SANTANG atau SYARIFAH MO’DAIM putra Prabu SYARIF HIDAYATULLAH adalah murid SAYID RAHMAT yang lebih dikenal dengan nama SUNAN NGAMPEL yang memimpin daerah ampeldenta.
Kemudian SYEH SYARIF HIDAYATULLAH ditugaskan oleh sunan ngampel untuk menyebarkan agama islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji DOEL IMAN.
Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan kepada syarif hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Lurangung yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh KI GEDENG LURAGUNG yang bersaudara dengan KI GEDENG KASMAYA dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.

Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Windu Herang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan nemanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.

Setelah Pangeran Kuningan dan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan.



GAYA HIDUP ZINA MENGUNDANG BENCANA (bagian 1)div> imageDari Ibnu Abbas, ujarnya, Nabi SAW bersabda: “Lima hal yang menyebabkan kehancuran, pertama, kaum yang suka merusak perjanjian, mereka pasti dikuasai oleh musuhnya. Kedua, tidak melaksanakan hukum-hukum Allah, niscaya mereka akan mengalami kemelaratan. Ketiga, membiarkan pelacuran merajalela, niscaya bencana kematian mengancam mereka. Keempat, mencurangi takaran dan timbangan, niscaya mereka akan mengalami paceklik dan berbagai macam penyakit. Kelima, tidak menunaikan zakat, niscaya mereka sulit mendapatkan hujan. ” (HR Thabrani)

TRAGEDI kematian di Indonesia, dengan berbagai sebab, sungguh memilukan. Derita rakyat Indonesia merupakan resultante dari Dosa-dosa besar yang dilakukan para pemimpin negara di masa lalu. Hadits di atas menjelaskan petunjuk Rasulullah SAW untuk menghindari kehancuran. Yaitu, berpegang teguh pada norma hidup yang digariskan Syari’at Islam.

Bersikap jujur, melaksanakan hukum Allah, peduli dengan penderitaan rakyat, memberantas pelacuran, tidak menipu dalam jual beli, dan membersihkan harta dengan mengeluarkan zakat. Dengan kondisi Indonesia yang kian parah ditimpa musibah, apa sesungguhnya yang dilakukan para pemimpin bangsa ini?

Sejak awal kemerdekaan, para pemimpin negeri ini sudah akrab dengan perzinahan, dan segala bentuk kemungkaran. Pada tanggal 6 Desember 1959, Presiden Uni Soviet, Nikita Khruschev, berkunjung ke Jakarta. Kunjungan tersebut kemudian mendapat balasan dari Presiden Soekarno pada 1960. Sepulang dari Moskow, BK (Bung Karno) memerintahkan pembangunan Monumen Nasional (Monas) dan Stadion Olahraga Senayan, padahal saat itu negara sedang dalam keadaan pailit dan rakyat dilanda kelaparan. Konon BK terinspirasi oleh kemegahan stadion Moskow.

imageTapi apa sesungguhnya yang terjadi saat BK berada di Moskow? Sejarah mencatat, masuknya paham komunis di Indonesia, antara lain berkat kelemahan Bung Karno yang mudah diperdaya komunis Soviet dan KGB yang gemar mengumpan pelacur cantik.

KGB menyediakan kamar khusus untuk BK di Moskow. BK ditemani seorang wanita super cantik dan super seksi yang boleh digaulinya di tempat tidur. Wanita itu adalah seorang pelacur kelas tinggi yang mengemban tugas khusus untuk melayani tamu negara, dan direkrut sebagai agen rahasia oleh KGB. Dari balik cermin, terpasang kamera film yang merekam hubungan mesum antara BK dengan sang pelacur (agen KGB).

Episode berikutnya, BK diajak bersama-sama untuk menonton hasil rekaman tersebut. Agen KGB itu memberitahukan bahwa semua ini sudah diatur. Mereka memiliki ribuan pelacur yang terlatih. Rekaman ini bisa diedarkan dan diputar di depan Bangsa Indonesia agar Presiden Soekarno jatuh martabatnya. Tapi kalau bendera komunisme dan ajaran Marxisme terus berkibar dan berkembang di Indonesia, rekaman tersebut akan dumusnahkan. Mereka punya beberapa copy dan siap diedarkan di bagian dunia manapun. Akhirnya Soekarno mengizinkan PKI berkibar di Indonesia dengan konsep Nasakom. Sebagian tokoh nasional, terutama di Sumatera Barat, menolak konsep ini, sehingga meletuslah pemberontakan PRRI/Permesta (1960) yang dibekingi CIA.

Di lingkungan KGB ada sebuah departemen yang mengamati tingkah-laku raja-raja dan para Presiden di seluruh dunia. Bagi KGB, BK sangat mudah ditaklukkan, karena punya kelemahan fatal, yaitu sangat gemar berzinah. BK juga dikenal sangat romantis, dan pandai merayu. Sekali merayu, maka sang wanita akan menjadi kekasihnya. Salah satu di antaranya, Dewi Soekarno seorang pelacur kelas tinggi dari Jepang.

Keras Tolak Poligami
imageBK adalah Presiden RI pertama yang gencar menolak poligami, namun setuju dan sekaligus menjadi pelaku perselingkuhan (berzinah). Sebagai wujud penolakannya, BK pernah berpolemik soal poligami dengan sejawatnya, Mohammad Natsir, mantan Menteri Penerangan era Soekarno dan Ketua Masyumi. Intinya, BK dengan berbagai argumen menolak konsep poligami, sedangkan Mohammad Natsir tidak menolak poligami karena itu merupakan syari’at yang datangnya dari Allah Yang Maha Menghetahui.

Kenyataannya, Mohammad Natsir hidup monogami sampai akhir hayatnya, sedangkan BK justru mempraktekkan poligami, istrinya berceceran di mana-mana. Selain berpoligami, BK juga mempraktekkan perselingkuhan (perzinahan) dengan banyak wanita.

Sudah menjadi rahasia umum pada masa itu, bahwa BK memang doyan perempuan. Selain mempunyai isteri resmi lebih dari satu, BK juga punya gundik alias wanita simpanan. Bila BK sudah bosan dengan salah satu gundiknya, maka sang gundik pun diberikan kepada orang terdekatnya. Salah satu dari sekian banyak gundik BK adalah seorang wanita asal parahiangan (Bandung). Ketika BK sudah bosan, sang gundik pun diserahkan kepada Brigjen Sabur untuk dijadikan istri resmi kedua.

Ketika masih berjaya, Brigjen Sabur menempatkan isteri keduanya itu di sebuah kawasan yang secara administratif kini dikenal dengan nama kelurahan Tebet Timur (Jakarta Selatan). Ketika meletus G30S/PKI, sang istri kedua Brigjen Sabur itu pulang kampung ke Bandung, sekaligus menghilangkan diri agar tidak dikait-kaitkan dengan Brigjen Sabur yang kala itu didakwa terlibat G30S/PKI. Rumah bekas istri kedua Brigjen Sabur yang juga bekas teman berzinah BK ini, pada tahun 1970-1980 menjadi rumah dinas badan intelejen. Kini, berdekatan dengan rumah bersalin Yulia di jalan tebet timur. Kawasan itu pada masanya memang dikenal sebagai ‘kompleks BAKIN’.



TAHUN 1973 (kondisi Jalan Thamrin/Sudirman)

Usaha Usaha membendung Syariat Islam jauh hari sudah dilaksanakan yang salah satunya diberlakukannya UU Perkawinan 1974 - Dalam gambar terlihat mahasiswa muslim di DPR tahun 1973 melakukan "Protes anti RUU Perkawinan". Adapun azas UU Perkawinan yang berlaku sekarang ini adalah azas Monogami sedangkan sesuai syarat-nya secara hukum untuk berpoligami hampir tidak mungkin. (sumber Tempophoto)

Bagaimana dengan Bung Hatta? Memang tidak pernah terdengar skandal seks seputar kehidupannya. Namun, untuk melihat keberhasilan seseorang kita bisa melihat bagaimana kualitas anak-anaknya. Seperti kata pepatah, untuk melihat kualitas sebuah pohon, lihatlah buah yang dihasilkannya. Bung Hatta memang bersih dari skandal seks, begitu juga dengan isteri dan anak-anaknya.

imageimageNamun, Halida Hatta, salah satu anak perempuan Bung Hatta, sarjana lulusan Universitas Indonesia (UI) yang gemar menekuni hobi mendaki gunung Gede pada waktu masih menjadi mahasiswi, ketika Abdullah Gymnastiar berpoligami, ia menjadi salah satu provokator yang memanas-manasi kaum perempuan untuk membenci poligami, termasuk memberi nilai negatif kepada pelakunya (Gymnastiar).

Melalui sms (short messages services) Halida mengimbau agar kaum perempuan meneruskan isi pesan singkatnya yang tidak edukatif dan emosional itu. Selama ini kita tidak pernah mendengar Halida Hatta bersuara lantang soal perselingkuhan, perkosaan dan aneka acara televisi yang merendahkan martabat wanita.

Artinya, Halida Hatta termasuk dalam barisan orang-orang yang anti poligami namun tidak anti pezinahan.

imageimageKakak kandung Halida, yaitu Meutia Hatta yang dipercaya SBY menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, termasuk yang anti poligami juga.

Anehnya, Meutia dan aktivis perempuan lain yang anti-poligami, tidak pernah menunjukkan secara terus terang sikap anti terhadap kasus perzinahan sebagaimana dilakukan Maria Eva dan Yahya Zaini.

Padahal, setelah berzina berkali-kali dengan Yahya Zaini, kemudian hamil, namun karena Yahya dan istrinya tak menghendaki kehamilan itu, Eva tidak berkeberatan untuk melakukan aborsi (pembunuhan janin). Untuk hal ini pun Meutia juga tidak mengeluarkan kecaman atas tindakan pembunuhan janin itu.

Di masa orde baru, perzinahan seakan menjadi gaya hidup pejabat istana. Soeharto pernah diisukan berselingkuh dengan artis panas pada masa itu, yaitu RE. Konon dari hubungan mereka lahir seorang anak laki-laki bernama DY yang kini menjadi anggota legislatif, juga sebagai pemain sinetron dan presenter. Soeharto bisa mencicipi RE konon berkat campur tangan PS adik tirinya yang telah lebih dulu mencicipi RE.

Bagaimana dengan pejabat lainnya? Hampir sulit menggali informasi berkenaan dengan itu. Namun, media massa beberapa tahun lalu pernah mengulas kisah seorang wanita teman selingkuh Try Soetrisno. Wanita itu sebelumnya menjadi rebutan antara Try dengan jenderal Edi Sudrajat (almarhum), namun karena Try lebih ganteng, sang wanita lebih memilih Try yang oleh Benny Moerdani disebut sebagai jenderal santri.

Nama lain yang juga pernah menyeruak ke ruang publik adalah perselingkuhan Abdul Gafur, mantan tokoh HMI, mantan tokoh KNPI, pernah menjabat beberapa kali sebagai menteri, dan mantan anggota legislatif dari Golkar. Mantan KSAD jenderal WA yang beristri seorang wanita yang masih keponakan Ibu Tien Soeharto juga pernah diwartakan suka berselingkuh. Karena ketahuan, maka sang jenderal pun dicopot dari jabatannya setelah sang keponakan mengadu kepada bibinya. (bersambung)

Majalah RISALAH MUJAHIDIN No. 5 Th I Muharram 1428 H / Februari 2007, hal. 32-34.

image


Oleh : Redaksi - 09 Feb 2007 - 9:30 am - Print/Cetak - Beritahu Teman - Baca Artikel!!